Senin, 20 Desember 2010

Kentut yang sebenarnya merupakan peristiwa normal yang fisiologis, yang biasa dialami manusia ternyata menjadi masalah pelik dalam hubungan antara orang Batak dan orang Jawa.
Orang Batak yang satu ini protes keras saat sedang bercengkerama dengan orang Jawa tiba-tiba bau gas H2S itu hadir tanpa sinyal, yang mendongkolkan hati si Batak, it’s silent! Spontanlah si Batak nuduh si Jawa yang nggak sopanlah, nggak tahu adat, dan “merepet” tanpa henti. Si Jawa cengar-cengir malu, merasa bersalah dg kentutnya yg keluar tanpa permisi, dan tetap berusaha membela diri bhw dia nggak sengaja sembari minta maaf, nuwun sewu sebesar-besarnya.
Di lain hari, saat menjelang akhir makan malam bersama (makanannya menu favorit si Batak), si Batak “glegeken” alias bersendawa keras. Ih, bau naga! Spontan si Jawa ngomeli orang Batak ini tdk tahu tata krama, tidak sopan, dan berharap setengah memerintahkan bahwa perbuatan itu tidak boleh diulangi kembali dlm kesempatan jamuan makan bersama, apalagi menghadiri pesta orang lain.
Ini baru sekelumit gesekan budaya antarsuku yang tak terelakkan. Mau tidak mau harus terjadi. Culture shock umumnya terjadi pada orang Jawa yang lahir dan dibesarkan dalam budaya Jawa tetapi saat memasuki fase kehidupan rumah tangga ternyata bersanding dengan orang Batak.
Inilah pengamatan mata Jawa tentang perbedaan Batak-Jawa. Batak yang secara umum dinilai kasar, Jawa yang lemah lembut. Batak yang suka asin pedas, Jawa yang suka rasa manis.
Tentang senyum, orang Jawa sangat sumeh, obral senyum sana sini jika berpapasan dengan orang yang dikenalnya, tak peduli bagaimana suasana hatinya saat itu. Orang Batak, pelit kali senyumnya Bah! Walau hatinya senang dan sedang dalam perayaan tertentu, sambil bersalaman tetapi rona wajahnya tetap kaku, kotak dan keras :)
Soal makan, orang Batak makan sangat obral porsi, piringnya diisi nasi segunung nggak peduli kapasitas lambungnya seberapa, makan pakai tangan, lahapnya….
Bah!
Giliran orang Jawa, saat makan pelit banget ambil porsinya, sedikiiit…jaim deh! Makan menggunakan sendok dan sangat berhati-hati supaya denting sendok dan piring tidak terdengar saat beradu.
Masalah memberikan apresiasi terhadap orang lain, orang Batak pelit memberi pujian kepada orang walaupun orang tersebut karena kelebihannya pantas mendapatkan pujian. Orang Jawa dengan kata-katanya yang hiperbolis dan menyangatkan, pandai memuji orang dengan kata-kata manis walau sebenarnya orang tersebut tidak terlalu pantas dipuji.
Gambar
Ini ditulis bukan untuk mendiskriminasikan atau sukuisme. Ini hanya suatu pembelajaran bagi saya, wanita Jawa, yang belajar untuk menikmati menjadi pasangan hidup seorang pria Batak asli. What a life. It’s my life. I’m learning to enjoy…Mauliate. Maturnuwun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar